12 Desember, 2009

Sudahkah anda mengubah privacy setting pada facebook anda

Anda senang menghabiskan waktu untuk mengupdate status Anda di Facebook?

Facebook baru saja memperbarui pengaturan privasi dengan beberapa fitur baru yang dirancang untuk memberikan kontrol yang lebih besar bagi pengguna ketika ingin berbagi informasi.

“Fitur baru tersebut termasuk halaman pengaturan privasi yang dibuat lebih sederhana dan tools untuk mengontrol audiens dari setiap posting yang kita kirim di Facebook.” kata Ruchi Sanghvi, salah satu juru bicara dari Facebook menulis di blog resmi Facebook. “Kami juga mengambil kesempatan ini untuk mewajibkan 350 juta pengguna Facebook saat ini untuk meninjau dan memperbarui pengaturan mereka.”

Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, menjelaskan bahwa jaringan sosial tersebut telah bekerja keras untuk membangun kontrol yang lebih baik bagi para penggunanya. Namun demikian, ia juga mengakui bahwa setiap pengguna pasti akan memilih untuk menyesuaikan pengaturan mereka sesuai dengan kebutuhan dan preferensi yang berbeda-beda.

“Kami menganjurkan pengaturan sesuai dengan tingkat privasi Anda yang sebelumnya Anda gunakan, tapi cara yang terbaik bagi Anda untuk menemukan pengaturan yang tepat adalah dengan membaca setiap pengaturan dan kustomisasi yang Anda gunakan nantinya. Saya mendukung Anda melakukan ini dan mempertimbangkan kepada siapa Anda ingin berbagi aktivitas online Anda tersebut,” kata Zuckerberg menambahkan lagi.

Pengaturan privasi yang baru tersebut kini sudah diterima oleh ribuan pengguna Facebook, dan lebih dari 2300 pengguna menyatakan bahwa mereka menyukai perubahan pada pengaturan privasi ini.

Nah, sudahkah Anda melakukan perubahan pada pengaturan privasi Anda? Silahkan lakukan segera!




Readmore “Sudahkah anda mengubah privacy setting pada facebook anda”  »»

Selamatkan data pada CD tergores

Pada masa sekarang ini media penyimpanan data yang paling aman, tahan lama, kapasitas besar dan murah adalah CD (Compact Disc) dan DVD. Dengan harga Drive CDWriter 52x sudah dibilang relatif murah yang hampir menjadi syarat mutlak bagi kelengkapan sebuah PC. Dipasaran dijual berbagai macam merk dan bahan CD-R / CD-RW dengan kualitas dan harga yang beragam.


Kualitas CD kadang ditentukan oleh harga yang mahal . Walaupun harganya mahal namun bila perlakuan anda terhadap CD tersebut tidak semestinya, tentu hal ini sia - sia. Terlepas dari hal itu apapun CD yang anda miliki, punya peluang untuk tergores, berjamur, patah, dan lain sebagainya.

Sekarang bagaimana bila CD yang kita miliki beserta data, file - file penting di dalamnya tidak dapat dibaca karena tergores, berjamur, dll. Pada kesempatan kali ini penulis hanya akan mengutamakan trik untuk menyelamatkan data pada CD tergores.


Readmore “Selamatkan data pada CD tergores”  »»

17 November, 2009

Bandingkanlah Windows XP, Windows Vista, dan Windows 7

Sebelumnya, sudah pernah dibandingkan antara Win 7 dengan Win Vista, dan pemenangnya adalah Win 7. Tapi, masih ada pendahulu yang sampai berita ini diturunkan masih digemari hampir di seluruh penjuru dunia. Dia adalah Win XP. Para pengguna OS WIN pasti berpikir ingin "migrasi" ke Win 7 karena banyak gosip atau isu bahwa Win 7 adalah OS WIN yang bagus. Maka dari itu, diadakan tes performa, Win XP, Win Vista, dan Win 7. Siapa di antara ketiganya yang akan keluar sebagai pemenang, coba lihat tes di bawah ini.

Sebagai permulaan, tes ini dilakukan pada laptop Toshiba Satellite M45-S269 dengan spesifikasi 1.73-GHz dengan 1GB RAM dan sebuah hard drive 100GB. Karena berpindah dari XP akan menjadi pertanyaan bagi semua orang, pada tes ini digunakan Win XP Professional, dan Win Vista Professional. Semuanya menggunakan versi 32-bit dan semuanya dites setelah dilakukan format berulang kali.
Setelah itu, menginstall Microsoft Office 2007 Ultimate, Windows Live Essentials (Mail, Movie Maker, Photo Gallery, Messenger), dan Picasa 3.5. Ini dilakukan agar hasilnya akan lebih nyata jika dibandingkan dengan tes tanpa menggunakan aplikasi apapun. Kemudian tes dilakukan dengan cara mencoba menyala-matikan setiap OS, serta peformanya. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali dan dirata-ratakan hasilnya.

Start-up dan Shutdown

Hasil dari tes dasar ini sangat mengejutkan. Untuk perbandingan saat Start-up, dilakukan dengan cara menekan tombol power dan mematikan waktu ketika semua proses Start-up selesai. Untuk hal ini, Win XP adalah yang tercepat, tapi perlu diingat bahwa laptop yang digunakan dibuat pada jaman XP; mesin-mesin baru akan disesuaikan untuk Win 7. Tetapi, tujuan dari tes ini adalah apa yang dapat diperoleh dengan mengganti OS dengan Win 7.


Windows XP
Windows Vista
Windows 7
Waktu Start-up (dalam menit: detik)
0:49
1:07
1:03
Waktu Shutdown (dalam detik)
17
12.5
11.5
Membuat video dengan Picasa (dalam menit: detik)
5:36
6:02
5:41
Geekbench (Semakin tinggi lebih baik)
1,241
1,248
1,260
SunSpider (dalam milidetik, semakin kecil lebih baik)
3,170
2,647
1,828
PCMark05 (Semakin tinggi lebih baik
1,868
1,731
1,823


Win 7 menyamakan kedudukan dalam hal Waktu Shutdown, mengungguli XP dengan beda waktu 5.5 detik, atau sebesar 32%. Pada tes sebelumnya, Win 7 melewati jauh Vista pada Start-Up maupun Shutdown. Kritik utama untuk XP adalah waktu Shutdown yang lama, dan itu telah terbukti. Vista saja lebih cepat dari XP. Tentu saja, untuk waktu Start-Up, XP masih yang tercepat.

Readmore “Bandingkanlah Windows XP, Windows Vista, dan Windows 7”  »»

03 November, 2009

Setting RIP

RIP merupakan singkatan dari (Routing Information Protocol) adalah dinamik routing protokol yang sudah cukup tua. Di ciptakan sekitar tahun 1970.
Cara kerjanya berdasarkan Distance Vector Routing Protocol, yang berarti akan mempergunakan pendekatan berapa banyak hop (lompatan) router yang akan ditempuh untuk mencapai suatu network. Dan yang akan dipilih adalah hop terpendek.
Cara Kerja

RIP bekerja dengan menginformasikan status network yang dipegang secara langsung kepada router tetangganya.

Karakteristik dari RIP:

* Distance vector routing protocol
* Hop count sebagi metric untuk memilih rute
* Maximum hop count 15, hop ke 16 dianggap unreachable
* Secara default routing update 30 detik sekali
* RIPv1 (classfull routing protocol) tidak mengirimkan subnet mask pada update
* RIPv2 (classless routing protocol) mengirimkan subnet mask pada update

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah RIP zebra secara default mempergunakan versi 2, sedangkan Cisco versi 1.
Konfigurasi

Sama halnya dengan zebra, daemon rip dapat dikonfigur lewat 2 cara.

Konfigurasi dengan 2 cara :

1. edit langsung pada file ripd.conf

root@opera zebra# vi ripd.conf
root@opera zebra# service ripd restart

2. melalui remote vty
telnet ke port 2602

root@opera zebra# telnet 127.0.0.1 2602
Hello, this is zebra (version 0.94).
Copyright 1996-2002 Kunihiro Ishiguro.

Konfigurasi RIP sangat sederhana, secara umum hanya membutuhkan 3 entri dalam running configurasi.
Masukkan network mempunyai router tetangga RIP dan network yang akan disebarkan ke router tetangga.

ripd(config)# router rip
ripd(config-router)# network 192.168.1.0/24
ripd(config-router)# network 10.1.1.0/24
ripd(config-router)# ^z
ripd#

Untuk memeriksa status RIP

ripd# show ip protocols
Routing Protocol is "rip"
Sending updates every 30 seconds with +/-50%, next due in 7 seconds
Timeout after 180 seconds, garbage collect after 120 seconds
Outgoing update filter list for all interface is not set
Incoming update filter list for all interface is not set
Default redistribution metric is 1
Redistributing:
Default version control: send version 2, receive version 2
Interface Send Recv Key-chain
Routing for Networks:
10.1.1.0/24
192.168.1.0/24
Routing Information Sources:
Gateway BadPackets BadRoutes Distance Last Update
Distance: (default is 120)

Untuk melihat routing yang didapat dari RIP tetangga.

ripd# show ip rip
Codes: R - RIP, C - connected, O - OSPF, B - BGP
(n) - normal, (s) - static, (d) - default, (r) - redistribute,
(i) - interface

Network Next Hop Metric From Time

Jangan lupa untuk menyimpan konfigurasi kedalam file.
demikian informasi yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat bagi yang membacanya..




Readmore “Setting RIP”  »»

24 Oktober, 2009

Pengertian DHCP

DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.

Cara Kerja

Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.

DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien kemudian akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan meminta kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.

DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan “penyewaan” alamat IP dari sebuah DHCP server dalam proses empat langkah berikut:

  1. DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk mencari DHCP Server yang aktif.
  2. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
  3. DHCPREQUEST: Client meminta DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
  4. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai proses binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan.

Empat tahap di atas hanya berlaku bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah meminta alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat prosesnya.

Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat menjadi masalah jika konfigurasi antara dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama.

Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.

Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.

DHCP Scope

DHCP Scope adalah alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP client. Ini juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan menggunakan peralatan konfigurasi DHCP server. Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam jangka waktu tertentu, yang disebut sebagai DHCP Lease, yang umumnya bernilai tiga hari. Informasi mengenai DHCP Scope dan alamat IP yang telah disewakan kemudian disimpan di dalam basis data DHCP dalam DHCP server. Nilai alamat-alamat IP yang dapat disewakan harus diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang dialokasikan dalam jaringan. Kesalahan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP Server adalah kesalahan dalam konfigurasi DHCP Scope.

DHCP Lease

DHCP Lease adalah batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada DHCP client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa oleh seorang administrator dengan menggunakan beberapa peralatan konfigurasi (dalam Windows NT Server dapat menggunakan DHCP Manager atau dalam Windows 2000 ke atas dapat menggunakan Microsoft Management Console [MMC]). DHCP Lease juga sering disebut sebagai Reservation.

DHCP Options

DHCP Options adalah tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh DHCP ke DHCP client. Ketika sebuah klien meminta alamat IP kepada server, server akan memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server juga dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa agar memberikan tambahan informasi kepada klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP Options ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau kepada sebuah host tertentu dalam jaringan.

Readmore “Pengertian DHCP”  »»

Pengertian CIDR

Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR) adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C. Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP yang tidak digunakan. Sebagai contoh, alamat IP kelas A secara teoritis mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang sangat besar. Dalam kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki jumlah host sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruangan kosong di dalam ruang alamat IP yang telah disediakan. CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara yang sama, kelas C yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP kelas B.


demikian sedikit informasi yang dapat saya entri mudah mudahan bermanfaat !




Readmore “Pengertian CIDR”  »»

10 Oktober, 2009

IPTables

PTables memiliki tiga macam daftar aturan bawaan dalam tabel penyaringan, daftar tersebut dinamakan rantai firewall (firewall chain) atau sering disebut chain saja. Ketiga chain tersebut adalah INPUT, OUTPUT dan FORWARD.

Pada diagram tersebut, lingkaran menggambarkan ketiga rantai atau chain. Pada saat sebuah paket sampai pada sebuah lingkaran, maka disitulah terjadi proses penyaringan. Rantai akan memutuskan nasib paket tersebut. Apabila keputusannnya adalah DROP, maka paket tersebut akan di-drop. Tetapi jika rantai memutuskan untuk ACCEPT, maka paket akan dilewatkan melalui diagram tersebut.

Sebuah rantai adalah aturan-aturan yang telah ditentukan. Setiap aturan menyatakan “jika paket memiliki informasi awal (header) seperti ini, maka inilah yang harus dilakukan terhadap paket�. Jika aturan tersebut tidak sesuai dengan paket, maka aturan berikutnya akan memproses paket tersebut. Apabila sampai aturan terakhir yang ada, paket tersebut belum memenuhi salah satu aturan, maka kernel akan melihat kebijakan bawaan (default) untuk memutuskan apa yang harus dilakukan kepada paket tersebut. Ada dua kebijakan bawaan yaitu default DROP dan default ACCEPT.

Jalannya sebuah paket melalui diagram tersebut bisa dicontohkan sebagai berikut:

Perjalanan paket yang diforward ke host yang lain

1. Paket berada pada jaringan fisik, contoh internet.
2. Paket masuk ke interface jaringan, contoh eth0.
3. Paket masuk ke chain PREROUTING pada table Mangle. Chain ini berfungsi untuk me-mangle (menghaluskan) paket, seperti merubah TOS, TTL dan lain-lain.
4. Paket masuk ke chain PREROUTING pada tabel nat. Chain ini berfungsi utamanya untuk melakukan DNAT (Destination Network Address Translation).
5. Paket mengalami keputusan routing, apakah akan diproses oleh host lokal atau diteruskan ke host lain.
6. Paket masuk ke chain FORWARD pada tabel filter. Disinlah proses pemfilteran yang utama terjadi.
7. Paket masuk ke chain POSTROUTING pada tabel nat. Chain ini berfungsi utamanya untuk melakukan SNAT (Source Network Address Translation).
8. Paket keluar menuju interface jaringan, contoh eth1.
9. Paket kembali berada pada jaringan fisik, contoh LAN.

Perjalanan paket yang ditujukan bagi host lokal

1. Paket berada dalam jaringan fisik, contoh internet.
2. Paket masuk ke interface jaringan, contoh eth0.
3. Paket masuk ke chain PREROUTING pada tabel mangle.
4. Paket masuk ke chain PREROUTING pada tabel nat.
5. Paket mengalami keputusan routing.
6. Paket masuk ke chain INPUT pada tabel filter untuk mengalami proses penyaringan.
7. Paket akan diterima oleh aplikasi lokal.

Perjalanan paket yang berasal dari host lokal

1. Aplikasi lokal menghasilkan paket data yang akan dikirimkan melalui jaringan.
2. Paket memasuki chain OUTPUT pada tabel mangle.
3. Paket memasuki chain OUTPUT pada tabel nat.
4. Paket memasuki chain OUTPUT pada tabel filter.
5. Paket mengalami keputusan routing, seperti ke mana paket harus pergi dan melalui interface mana.
6. Paket masuk ke chain POSTROUTING pada tabel NAT.
7. Paket masuk ke interface jaringan, contoh eth0.
8. Paket berada pada jaringan fisik, contoh internet.

3. Sintaks IPTables
iptables [-t table] command [match] [target/jump]

dan terakhir informasi bt u

IPTables juga memiliki 3 buah tabel, yaitu NAT, MANGLE dan FILTER. Penggunannya disesuaikan dengan sifat dan karakteristik masing-masing. Fungsi dari masing-masing tabel adalah :

NAT : Secara umum digunakan untuk melakukan Network Address Translation. NAT adalah penggantian field alamat asal atau alamat tujuan dari sebuah paket.
MANGLE : Digunakan untuk melakukan penghalusan (mangle) paket, seperti TTL, TOS dan MARK.
FILTER : Secara umum, inilah pemfilteran paket yang sesungguhnya.. Di sini bisa dintukan apakah paket akan di-DROP, LOG, ACCEPT atau REJECT

Command pada baris perintah IPTables akan memberitahu apa yang harus dilakukan terhadap lanjutan sintaks perintah. Umumnya dilakukan penambahan atau penghapusan sesuatu dari tabel atau yang lain

begitulah artikel yang bisa saya posting, semoga bermanfaat...!


Readmore “IPTables”  »»

08 Oktober, 2009

Cara Setting Router Dengan RedHat

berikut akan saya jelaskan tentang cara setting router lewat RedHat yang sudah saya ringkas dengan seringkas ringkasnya agar mudah dimengerti. ikuti langkah langkah berikut ini :

Pertama yang harus di lakukan adalah mensetting serv(gateway utama) supaya bisa terhubung ke internet
Sebelum Mensetting :
1.Minta IP public ke ISP lengkap dengan netmask,broadcast dan dns nya
misalnya :
IP: 202.169.229.25
GATEWAY : 202.169.229.1
Nemast: 255.255.255.192
broadcast : 202.192.224.63
DNS1: 202.169.224.3
DNS2: 202.169.224.4

2.Menentukan IP local yang akan kita gunakan buat client

Setting IP serv :
1.[root@serv root]$ vi /etc/sysconfig/network
lalu isi dengan :

NETWORKING=yes
HOSTNAME=serv.domain.com
GATEWAY=202.169.229.1

lalu simpan dengan menekan :wq

2.Menconfigurasi IP eth0(default)

[root@serv root]$ vi /etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth0
lalu isi dengan :

DEVICE=eth0
BOOTPROTO=static
IPADDR=202.169.229.25
BROADCAST=202.169.229.63
NETMASK=255.255.255.192
ONBOOT=yes
USERCTL=no

lalu simpan dengan menekan :wq

3.Setting dns resolve

[root@serv root]$ vi /etc/resolve.conf
lalu isi dengan nameserver dari isp kita tadi :

nameserver 202.169.224.3
nameserver 202.169.224.4

lalu simpan dengan menekan :wq

4.Setting ip_forwarding

[root@serv cachak]$ vi /etc/sysctl.conf

rubah net.ipv4.ip_forward = 0 menjadi net.ipv4.ip_forward = 1
atau kalau gak ada net.ipv4.ip_forward = 0 tambahin net.ipv4.ip_forward = 1

simpan dengan menekan :wq

5.restart network
[root@serv cachak]$ /etc/init.d/network restart
Shutting down interface eth0: [ OK ]
Shutting down loopback interface: [ OK ]
Disabling IPv4 packet forwarding: [ OK ]
Setting network parameters: [ OK ]
Bringing up loopback interface: [ OK ]
Bringing up interface eth0: [ OK ]

[root@www root]#chkconfig –level 2345 network on
[root@www root]#

6.testing dengan ping ke default gateway 202.169.229.1

[root@serv root]$ ping 202.159.121.1
Pinging 202.169.229.1 with 32 bytes of data:
Reply from 202.169.229.1: bytes=32 time=10ms TTL=63
Reply from 202.169.229.1: bytes=32 time=10ms TTL=63
Reply from 202.169.229.1: bytes=32 time=10ms TTL=63
Reply from 202.169.229.1: bytes=32 time=10ms TTL=63

Ping statistics for 202.169.229.1:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),
Approximate round trip times in milli-seconds:
Minimum = 10ms, Maximum = 10ms, Average = 10ms

7.testing untuk ngeping google.com untuk ngecek dns nya
kalau muncul :
PING google.com (216.239.39.99) 56(84) bytes of data.
berarti dns kita untuk serv dah bekerja, tapi kalau muncul :
ping: unknown host google.com
berarti dns yang kita isikan di /etc/resolve.conf masih salah,silahkan cek lagi ke ISP nya )

nah bereskan sudah setting IP untuk serv nya )
supaya serv ini bisa sekaligus di gunakan sebagai ns server oleh client maka harus di install daemon bind atau daemon nameserver yang lain
atau kalau sudah ada tinggal hidupin Bind nya

[root@www root]# /etc/init.d/named restart
Stopping named: [ OK ]
Starting named: [ OK ]
[root@www root]#chkconfig –level 2345 named on
[root@www root]#

misalnya ip ke client adalah :
192.168.0.1/24
IP : 192.168.0.1
netmask : 255.255.255.0
broadcast : 192.168.0.255
RANGE IP CLIENT : 192.168.0.2-192.168.0.254

Setting ip untuk eth1 (yang ke client)
1.memberi IP 192.168.0.1 di eth1
[root@serv cachak]$ vi /etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth1
lalu isi dengan :

DEVICE=eth1
BOOTPROTO=static
IPADDR=192.168.0.1
NETMASK=255.255.255.0
BROADCAST=192.168.0.255
ONBOOT=yes
USERCTL=no

lalu simpan dengan menekan :wq

2.Restart networknya

[root@serv root]$ /etc/init.d/network restart
Shutting down interface eth0: [ OK ]
Shutting down interface eth1: [ OK ]
Shutting down loopback interface: [ OK ]
Disabling IPv4 packet forwarding: [ OK ]
Setting network parameters: [ OK ]
Bringing up loopback interface: [ OK ]
Bringing up interface eth0: [ OK ]
Bringing up interface eth1: [ OK ]

3.Testing dengan cara ping ip eth1
[root@serv cachak]$ ping 192.168.0.1
PING 192.168.0.1 (192.168.0.1) 56(84) bytes of data.
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=1 ttl=63 time=0.356 ms
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=2 ttl=63 time=0.269 ms
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=3 ttl=63 time=0.267 ms
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=4 ttl=63 time=0.268 ms

— 192.168.0.1 ping statistics —
4 packets transmitted, 4 received, 0% packet loss, time 2997ms
rtt min/avg/max/mdev = 0.267/0.290/0.356/0.038 ms

Tinggal Setting IP computer client dengan ketentuan di bawah ini :

IP: 192.168.0.2 - 192.168.0.254
GATEWAY: 192.168.0.1
NETMASK: 255.255.255.0
BROADCAST: 192.168.0.255
NAMESERVER: 192.168.0.1

misal :

Client01
===============================
IP: 192.168.0.2
GATEWAY: 192.168.0.1
NETMASK: 255.255.255.0
BROADCAST: 192.168.0.255
NAMESERVER: 192.168.0.1

Client02
===============================
IP: 192.168.0.3
GATEWAY: 192.168.0.1
NETMASK: 255.255.255.0
BROADCAST: 192.168.0.255
NAMESERVER: 192.168.0.1

dan seterusnya sesuai banyaknya client,yang berubah hanya IP
untuk client windows maka setting IP di bagian Start Menu/Setting/Control Panel/Network

setelah di setting ip client, maka coba ping ke 192.168.0.1 dari client,kalau berhasil berarti client dan serv nya sudah tersambung.

Setting serv supaya client bisa internat dengan menggunakan NAT

1.Matikan iptablesnya

[root@serv root]# /etc/init.d/iptables stop
Flushing all chains: [ OK ]
Removing user defined chains: [ OK ]
Resetting built-in chains to the default ACCEPT policy: [ OK ]
[root@serv root]#

2.Tambahkan iptables untuk Source NAt sesuai dengan ip di eth0
[root@serv root]# /sbin/iptables -t nat -A POSTROUTING -o eth0 -s 192.168.0.0/24 -j SNAT –to-source 202.159.121.2
[root@serv root]# /sbin/iptables-save > /etc/sysconfig/iptables
[root@serv root]# /etc/init.d/iptables restart
Flushing all current rules and user defined chains: [ OK ]
Clearing all current rules and user defined chains: [ OK ]
Applying iptables firewall rules: [ OK ]
[root@serv root]# iptables-save

begitulah kira kira referensi yang bisa saya simpulkan
mudah mudahan bermanfaat bagi yang membacanya....

Readmore “Cara Setting Router Dengan RedHat”  »»

10 September, 2009

Perhitungan Subnetting

Perhitungan subnetting sebenarnya bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat.Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host Broadcast.

Penulisan IP Address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya begini sobat, bahwa IP Address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya bisa saja sobat, artinya gini /24 diambil dari perhitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubungi dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR ( Classless Inter-Domain Routing ) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Sekarang yang jadi pertanyaannya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Untuk menjawab pertanyaan ini, silahkan sobat lihat tabel berikut:

Subnet MaskNilai CIDRSubnet MaskNilai CIDR
255.0.0.0/8255.255.240.0/20
255.128.0.0/9255.255.248.0/21
255.192.0.0/10255.255.252.0/22
255.224.0.0/11255.255.240.0/23
255.240.0.0/12255.255.248.0/24
255.248.0.0/13255.255.252.0/25
255.252.0.0/14
255.255.240.0/26
255.254.0.0/15255.255.248.0/27
255.255.0.0/16255.255.252.0/28
255.255.128.0/17255.255.240.0/29
255.255.192.0/18255.255.248.0/30
255.255.224.0/19

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C

Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).

Perhitungan: Seperti sudah kami sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat d 4 hal, Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, Alamat Host dan Broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti ini:
  1. Jumlah Subnet = , dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi jumlah Subnet adalah = 4 subnet.
  2. Jumlah Host per Subnet = - 2, dimana y adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah - 2 =62 host.
  3. Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128 + 64 = 192. Jadi total subnet masknya adalah 0,64,128,192.
  4. Bagaimana dengan alamat Host dan Broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.

Subnet192.168.1.0192.168.1.64192.168.1.128192.168.1.192
Host Pertama192.168.1.1192.168.1.65192.168.1.129192.168.1.193
Host Terakhir192.168.1.62192.168.1.126192.168.1.190192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63192.168.1.127192.168.1.191192.168.1.255

Kita sudah menyelesaikan subnetting untuk IP Address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah:

Subnet MaskNilai CIDR
255.255.255.0/24
255.255.255.128/25
255.255.255.192/26
255.255.255.224/27
255.255.255.240/28
255.255.255.248/29
255.255.255.252/30

Readmore “Perhitungan Subnetting”  »»